Posts

Showing posts from March, 2012

The Most Unforgettable Moment in This Week

Image
Third week of March. well, I began this week, this Sunday morning with a very funny yet embarrassing and painful tragedy. Tak ada firasat apapun. Rutinitasku, sebagai seorang siswi sekolah berasrama, pada Minggu pagi adalah "mbabu". Bersih-bersih kamar, nyuci nyeterika baju, de es be. Bisa dianggap sebagai sebuah latihan rutin untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik sih  J Awal pagi yang biasa saja. Sebelum istigotsah, memang seharusnya aku mencuci baju dulu. Selagi masih pagi dan mesin cuci blok masih kosong, aku pun bergegas mengemasi cucianku dan pergi ke lokasi mencuci. Masih tak ada firasat apa pun. Entah ada angin atau kekuatan dahsyat apa yang mendorongku dari segala arah hingga ku kehilangan keseimbangan, dan BRAK! Jatuh di depan kamar mandi dengan posisi duduk. Tak ada satu orang pun yang bisa kurasakan kehadirannya kecuali Firdha. Ya, Firdha di ujung koridor blok. “Fir, tolong aku!” kalimat itu memenuhi kepala, tapi tak ada sepotong huruf pun yang keluar dari

Curhat buat Sahabat

Penat. Lima huruf yang mendeskripsikan semua yang saat ini kurasa. Rangkaian ujian dan berbagai macam persiapan untuk menyambut masa depan tak lelah menghiasi tiap detik dalam hidupku. Tapi sungguh, aku lelah , aku muak dengan kepenatan. Aku ingin lepas. Ingin bebas. Dan aku menjatuhkan semua kepenatanku pada sebuah mahakarya dari Dee, Rectoverso. Kisah pertama sudah menyentuh, sangat menyentuh. Aku cinta puisi yang pertama ku temui di buku itu, yang juga sebuah lirik lagu  J Curhat buat Sahabat Sahabatku, usai tawa ini Izinkan aku bercerita: Telah jauh ku mendaki Sesak udara di atas puncak khayalan Jangan sampai kau di sana Telah jauh, ku terjatuh Pedihnya luka di dasar jurang kecewa Dan kini sampailah, aku di sini... Yang cuma ingin diam, duduk di tempatku Menanti seorang yang biasa saja Segelas air di tangannya, kala kuterbaring . . . sakit Yang sudi dekat, mendekap tanganku Mencari teduhnya dalam mataku Dan berbisik: “Pandang aku, kau tak sendiri, oh dewiku...” Dan demi Tuhan

Setan Kecil di Bulan Maret

Ada setan kecil putuskan nadi merah Antara  dua hati di bulan Maret Tertawa atas embun pedih Aliri lirih pipi manis seorang gadis Terbahak akan ekspresi kecewa Pada wajah seorang adam Sakit dan pasrah, wanita terhentak Sesal dan merugi, lelaki takuti Lantas, Kenapa kalian biarkan setan kecil putuskan takdir? Tapi tersenyumlah sayangku Lelaki tak cuma satu Dan wanita bukanlah rapuh Semesta belum berhenti Dan setan kecil takkan pergi Maret akan berganti April Cerita ini belum berakhir Joedo Errasjid (Pasuruan, 10 Maret 2012)

my words

I express my feelings through words, dont care whether you'll understand or not

Diam-Diam

Diam-diam       Berawal dari ketidakinginanku       Aku tak ingin menjadi salah satu dari mereka       Aku tak ingin mereka ada Diam-diam       Ku ingin pergi       Semakin terjerembab       Tak kuasa melawan Diam-diam       Inginku       Hanya aku

R's

Waktu berjalan begitu cepat kita bosan pada romantisme tapi sesali Maka waktu beri aku jeda, untuk dapat romantis abadi bersama sang dewi Aku tau apa yang kalahkan waktu Maka abadikan dalam dua dimensi indah romantis kita Hentikan segala waktumu Mari sini sayangku Baringkan tubuhmu di sampingku Masuklah dalam selimut rindu Aku ingin pelukmu penuh Aku ingin berpuisi secara nakal, di belakangmu Dengan tanganku melingkari tubuhmu (Joedo Errasjid)

Samudera Tak Bertepi

Tiga ratus enam puluh derajat sebelum saat ini Tak ada bayang yang kini tak pernah hilang Aku di tepi laut yang sebenarnya tak bertepi Bertemankan buih ombak dan angin kencang yang tak kunjung diam Lemah ku ikuti arusnya Menari di atas angin Terhempas terbawa ombak Sakit, tapi aku tak beranjak Bertemankan buih ombak, aku tertatih meraih tepi Perlahan buih pergi menyisakan samudera Tepi itu hanyalah tipuan fatamorgana Aku tersesat di samudera tak bertepi Samudera yang ku ciptakan sendiri Jam pasir berputar Jarum pun mengubah arahnya Samudera tanpa tepi telah mengering Buih ombak, angin, semuanya pergi Meninggalkan bayangan yang kelak menjadi kawan “Aku tak ingin ke Samudera lagi” teriakku Bayangan itu diam Perlahan mengajakku bangkit Menelusuri jembatan duri Membawaku ke samudera indah yang sesungguhnya Ia menyadarkanku bahwa samudera pasti bertepi Tepi itu nyata, dan suatu saat aku pasti sampai di sana

Am I Seventeen?

Image
Im seventeen, but I havent found what life is actually Im seventeen, but I haven’t done something useful for others Im seventeen, but I haven’t made any great work Im seventeen, but I cant give good example to people around me Im seventeen, but Im still asking everything to my parents So, Am I seventeen? Do I deserve enough to be mature? What have I been doing during these seventeen years living in the earth? Life is too short to keep complaining Let’s start to live our life This life is just too short to waste our time doing something useless Be mature, everyone  J

WARNING!

Dear 10th and 11th graders, nikmatilah masa masa kelas sepuluh sebelasmu sebelum datang masa kelas dua belasmu. sekian  J

Don't Ask, Or You'll See My Tears Falling

Bulid me up, tear me down, build me up, tear me down. It’s just like a cycle. And now, I’m in uncertainty. They know exactly where they wanna go. They know what’s the  thing they are struggling for. Me? Still in this uncertainty. I always pray for the best to God. Between those two choices, I hope to get the best one. Is this the best choice God gives to me? But why am I feeling it’s unfair? I just need an answer which will take me out from this uncertainty. A certain answer. So I beg, dont you ask where I’ll go. Or you’ll see my tears falling.